di mana awalnya hanya ada satu (Nasrani) yakni kaumnya Nabi Isa as. Namun sepeninggal Nabi Isa a.s. (Yesus), umatnya terpecah belah. Awalnya, terjadi perpecahan antara “Kristen yang menginduk pada kekuasaan formal Kekaisaran Romawi” (Tahta Suci Vatikan) dengan “Kristen yang mengakui Maria Magdalena sebagai pewaris ajaran Yesus ” (Kaum Gnostik).
Kelompok pertama mengikut pada sosok Petrus yang meyakini jika kepemimpinan agama harus dari kaum pria, sebab itu dia membenci Maria Magdalena. Sedang yang kedua menyatakan jika Maria Magdalena-lah yang sebenarnya pewaris sah dari ajaran Yesus. Istilah “Gnostik” berasal dari bahasa Yunani `Gnosis’ yang berarti `pengetahuan’. Kaum Gnostik ini menisbatkan Maria Magdalena sebagai `The Iluminatrix” atau “Yang tercerahkan”. Menurut banyak literatur, Sepeninggal Yesus, Maria Magdalena ditangkap penguasa Roma dan dibuang ke tengah laut dengan menyanderanya dalam sebuah perahu yang tidak memiliki layar dan tidak memiliki kemudi. Maksud dari penguasa Roma tentu gampang ditebak: mereka ingin agar Maria Magdalena ini menemui ajal karena kelaparan dan kehausan di tengah laut.
Namun perahu tersebut ternyata bisa mendarat di pantai selatan Perancis. Maria Magdalena selamat dan mengembangkan ajarannya di sana. Sampai kini, wilayah selatan Perancis dipenuhi dengan gereja-gereja bundar yang tidak lazim seperti halnya gereja Barat. Mereka mengkultuskan Maria Magdalena sebagai The Sacred Feminine dan mengangap Vatikan sebagai pihak yang merebut warisan Yesus secara tidak sah.
Dan Burstein, penulis The Secrets of Mary Magdalene (2006) menulis, “Dalam kacamata kaum Gnostik, para penguasa Kekaisaran Romawi merupakan para Kaisar Pagan, musuh dari Yesus, yang merebut gerakannya dan membalikkan filosofi ajaran Yesus, mengubah kekristenan menjadi agama resmi yang hierarkhis, patriarkhis, dan imperialistis. ..Romawi membalikkan ide revolusioner anti-materi Yesus dengan menggunakan agama Kristen untuk menjustifikasi pengumpulan dan penumpukkan kekuasaan dan kekayaan. Bukannya mendorong aktualisasi diri yang tertanam dalam berbagai dokumen gnostik seperti Injil Thomes dan Injil Mara, mereka menggunakan injil-injil yang telah mereka setujui sendiri untuk menghilangkan pelayan, budak-budak, dan bala-tentara. Mereka menghilangkan pencarian untuk mencapai pemahaman diri dan juga kemampuan untuk berhubungan dengan secara langsung dengan Tuhan, dengan menempatkan pada agama Yesus ini, yang seharusnya sederhana dan tanpa perantara, sebuah infrastruktur yang berisi para pendeta dan paus, gereja-gereja, pengakuan, katedral-katedral, dan crusades…”
Sebab itu, sampai sekarang, Vatikan sarat dengan segala hal yang terkait agama pagan. Mulai dari tongkat Dewa Matahari Paus, Obelisk di tengah Katedral St. Peter, sampai dengan pengistimewaan Hari Dewa Matahari, The Sun-Day (Sunday), sebagai hari beribadah. Sikap kaum Gnostik yang tidak mau tunduk di bawah Vatikan menyebabkan mereka dituding sebagai gerakan sesat (Heresy atau Bid’ah). Pada tahun 1209, Vatikan mengirim 30.000 tentaranya untuk menyerbu dan menghabisi Kaum Gnostik yang berpusat di Selatan Perancis, daerah Languedoc. Inilah Perang Salib pertama yang digelorakan Vatikan, perang antara Kristen Formal melawan umat Kristiani Gnostis, yang dikenal dalam sejarah sebagai Perang Salib Albigensian. Di kota Bezire saja terbunuh 15.000 lelaki, perempuan, dan anak-anak kecil.
“Ketika itu, seorang perwira menanyakan kepada wakil Paus bagaimana dia dapat membedakan orang-orang yang dituduh melakukan bid’ah (Kaum Kathari) dengan orang-orang yang beriman. Jawaban wakil Paus sungguh mengagetkan, “Bunuh saja semua. Tuhan akan mengenali hamba-Nya sendiri.” (Michael Baigent dkk, “The Holy Blood, Holy Grail”, 1982). Sejarah Dunia menyebutkan jika Perang Salib Albigensian merupakan genosida pertama yang terjadi di Eropa. Perpecahan ini terjadi sebelum munculnya gerakan Protestan yang dimotori oleh Martin Luther pada tahun 1517
Sepeninggal Yesus, kekristenan telah terpecah ke dalam dua kelompok besar: Petrus menurunkan kekristenan formal yang menginduk pada kekuasaan Kaisar Roma di Vatikan, dan yang kedua—berhadapan secara diametral, adalah bentuk kekristenan Gnostik yang dibawa oleh Maria Magdalena.
Akibat kejumudan Gereja dan penyalahgunaan wewenang kekuasaan kepausan, pada tanggal 31 Oktober 1517, seorang Martin Luther dengan berani mengeluarkan 95 pernyataannya yang berisi protes terhadap otoritas Kepausan, karena itu gerakannya disebut Protestanisme. Dalam waktu singkat, Martin Luther mendapatkan pengikut. Selain Protestanisme, muncul pula John Calvin yang menyuarakan Calvinisme. Inilah dua gerakan reformasi dan gugatan terhadap otoritas Gereja Katolik Roma yang sama-sama berawal di Inggris.
Diam-diam, gerakan perlawanan terhadap Kepausan di Vatikan dimanfaatkan kaum Yahudi Eropa yang dulunya banyak yang merupakan mantan anggota Templar. Ordo ini sangat sakit hati terhadap Vatikan karena pada tahun 1307 pernah dikejar-kejar dan dibantai oleh Paus Clement V. Namun Martin Luther yang mengetahui hal ini segera mengingatkan pendukungnya untuk waspada terhadap penumpang gelap Yahudi, yang memiliki niat lain tapi menunggangi gerakannya. Martin Luther bahkan memerintahkan para pengikutnya agar tidak berhubungan dengan kaum Yahudi dalam hal apa pun.
Sekte atau aliran di dalam kekristenan, maupun Katolik, sangat banyak. Dalam Protestan saja ada sekurangnya 200 aliran. Belum lagi Katolik dengan kaum Gnostik.
Soal Injil, kitab ini ditulis tidak pada zaman Yesus ketika masih hidup. Awalnya, terdapat banyak sekali Injil yang beredar dan ditulis oleh orang-orang yang mengaku sebagai murid Yesus. Injil ini terbagi ke dalam dua kelompok besar:
Pertama, Injil yang mengakui Yesus sebagai Tuhan, ini disebut sebagai Kaum Trinitarian dan dipimpin oleh Anathasius.
Kedua, Injil yang megakui Yesus hanya sebagai Rasul, bukan Tuhan. Kelompok ini disebut kaum Unitarian, dipimpin oleh Arius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar